APAKAH anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Seperti yang dikatakan oleh F. Rene Van de Carr, M.D. Jawabannya ?ya?, tetapi tidak dengan cara seperti orang dewasa. Jika ia mempelajari sebuah kata-kata, maka ia dapat mengulanginya, mengenalinya dalam tulisan, memodifikasinya agar ia dapat berbicara dengan baik dan benar, dan menggunakannya dalam kalimat.
Proses pemikiran ini menunjukkan
bahwa ia memahami kata-kata tersebut. Lain halnya dengan anak dalam
kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya
(khususnya sang Ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam
kandungannya, ia hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi
tertentu. Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ?tepuk?, anak dalam
kandungan mendengar bunyi ?t-e-p-u- dan k?, karena pada saat yang
bersamaan si ibu menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini
memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami
hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan praverbal.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang
perkembangan pralahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak
dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang.
Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan?setara dengan 20
minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah
berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar
dapat dimulai atau dilakukan.
Kemudian, para ilmuwan bidang
pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru
dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode
baru mengenai praktek pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan
banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya
adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri
anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi
lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan
pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan
lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti
program pendidikan pralahir.
Berikut ini beberapa laporan yang
sangat menggembirakan?bagi dunia pendidikan anak khususnya?dari F. Rene
Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American Association
of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil
penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi,
antara lain sebagai berikut.
- Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.
- Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkley, AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.
Selain itu, menurut F. Rene
Van de Carr, dkk.. bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua Chiew
General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C.
Panthuraamphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi
pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi
pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama,
tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya,
lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih
baik saat ia dewasa.
F. Rene Van de Carr, M.D., dkk.. telah
lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun yang lalu.
Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal
berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir.
- Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
- Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
- Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah dilahirkan.
- Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.
Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan
(anak pralahir) merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis
dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang
tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi
serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik. Bahkan dalam
Islam, pendidikan pralahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan
(proses nuthfah). Artinya, seorang yang menginginkan seorang anak yang
pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian baik (saleh/salehah), ia
harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu.
Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan
hubungan biologis secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah swt.
agar perbuatannya tidak diganggu setan dan sia-sia. Selain itu,
menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai
seorang anak yang shaleh. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas
kehendak Allah proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase
inilah tampak jelas adanya kehidupan seorang anak dalam rahim. Oleh
karena itu, orang tuanya?khususnya sang ibu?harus memperlakukannya
dengan baik.
Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan
pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang masih dalam kandungan, tidak
melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang menimbulkan dampak negatif
(baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal
tersebut sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad
saw. dalam sabdanya,
?Anak yang celaka adalah anak yang telah
mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.? (HR Imam Muslim dari
Abdullah Ibn Mas?ud)
Pelayanan yang sangat baik untuk masa
anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus pendidikan, yang akan
bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental
(psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi
emosional positif sang anak yang berada di dalam kandungan.
Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah
dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon,
Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir
yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam
Al-Qur`an al-Karim surah Maryam (19) ayat 10?11. Di dalamnya dijelaskan
bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria
telah membuahkan hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki
kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah. Selain itu
digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang
terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat,
sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya,
sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12?15 masih dalam surah
yang sama. Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris
tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah.
Begitu
juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya Hawa, mengandung anak
pertamanya dan pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa
saja berjalan seperti sedia kala, merasa tidak ada beban. Namun,
tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan perut yang
terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat
itulah, Siti Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s.
tentang keadaan perutnya yang kian hari kian besar yang membuatnya dari
hari ke hari merasa makin payah. Kondisi ini membuat Adam a.s. beserta
istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa yang sangat
filosofis yaitu,?... Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.?
(al-A?raaf: 189)
Ini adalah suatu praktek pendidikan anak
dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri
dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber
pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang
membuahkan keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya
keberkahan pun mengalir mengiringi laju bahtera rumah tangga tersebut.
?Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia
menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah
dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa
berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya
berkata, ?Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh,
tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.?? (al-A?raaf : 189) Sumber: namaislami.com
0 komentar:
Posting Komentar